Layanan bimbingan dan konseling disekolah nasibnya sungguh memprihatinkan. Banyak sekali di antara guru pembimbingnya yang bukan lulusan program study bimbingan dan konseling. Banyak diantara guru, masyarakat, dan kepala sekolah yang menganggap konselor hanya sabagai pelengkap dan hiasan saja tanpa memiliki fungsi yang urgent sehingga dalam penempatannya terkesan asal-asalan. Hanya karena alasan tidak ada lahan lagi di sekolah maka seorang guru bisa di tempatkan pada posisi konselor tanpa memperhatikan kualifikasi dan latar belakang pendidikannya. Mereka berpandangan bahwa layanan bimbingan dan konseling hanyalah proses “pemberian nasehat”. Hal tersebut sungguh sangat salah besar.
Hal tersebut juga mengindiksikan bahwa mereka masih “awam” dalam ilmu bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sesungguhnya adalah suatu layanan yang diberikan kepada peserta didik guna merencanakan masa depan, menata karier, mengenali diri sendiri, dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Namun, perlu menjadi catatan penting! dalam menyelesaikan masalah, metode yang digunakan adalah diskusi dan sharing jadi antara konselor dan klien/peserta didik bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik. BUKAN, konselor/guru pembimbingan yang mencarikan dan memaksakan jalan keluarnya pada klien. Hal ini bertujuan agar klien terbuka fikirannya, menerima dirinya sendiri secara kelebihan maupun kekurangan, dan mandiri sehingga kelak jika ada masalah lagi, klien dapat menyelesaikan sendiri tanpa bergantung pada konselor. Prinsip yang harus digunakan oleh konselor adalah “Menyelesikan masalah, tanpa masalah” jadi konselor berfokus pada “faktor penyebab masalah” bukan masalah yang sedang dihadapi. Maksudnya adalah koselor harus menyelesaikan masalah tersebut secara baik dan cerdas tanpa menimbulkan masalah yang baru. Namun, hal yang terjadi sekarang, “konselor gadungan” justru menambah masalah pada klien, contohnya siswa yang sering terlambat di skors, di hukum, di jemur, bahkan jika sampai pada sekian kali terlambat di keluarkan. Langkah yang seharusnya dilakukan adalah mereka diajak diskusi, kenapa sering terlambat? Penyebabnya apa? Jika penyebabnya jarak yang jauh dari rumah, maka konselor bisa menyarankan agar peserta didik berangkat lebih pagi dan menngusulkan pengadaan bis sekolah pada kepala sekolah. Jika karena membantu orang tua dahulu, maka konselor sebaiknya mengadakan kunjungan rumah untuk memastikan keterangan tersebut, apabila keterangannya benar, konselor dapat mendiskusikan masalah tersebut dengan kedua orang tuanya untuk mencari solusi terbaik. Jika karena peserta didik malas ke sekolah, maka konselor bisa memberikan motivasi dan semangat serta mengadakan kegiatan motivasi akbar di sekolah. Cara penyelesaian tersebut tentu tidak akan menimbulkan masalah baru yang justru memberatkan peserta didik.
Sebenarnya bimbingan dan konseling tidak hanya bergerak pada bidang pendidikan, masih banyak bidang lain yang perlu dan sangat membutuhkan bantuan dari konselor. Beberapa bidang bimbingan dan konseling lain di luar pendidikan adalah bimbingan dan konseling perkawinan/pernikahan, bimbingan dan konseling keluarga, bimbingan dan konseling sosial, bimbingan dan konseling pribadi, bimbingan dan konseling karier, bimbingan dan konseling belajar/pendidikan, bimbingan dan konseling keuangan, dan bimbingan dan konseling seksual dan lain sebagainya. Namun sangat disayangkan, di Indonesia, bimbingan dan konseling baru di tempatkan dalam dunia pendidikan.
So, jadi bagi mahasiswa bimbingan dan konseling, tidak perlu khawatir kehabisan lahan pekerjaan. Masih banyak yang membutuhkan bantuan kita. Sekarang ABKIN siap melegalkan praktek konseling kita di rumah tapi saratnya kita harus dapatkan izin terlebih dahulu. Jadi nanti selain kerja di sekolah kitapun bisa membuka praktek konseling di rumah. Kesimpulannya, tidak perlu khawatir. Masa depan kita sangat cerah.
(Prasetyo Alami/ Univ. Neg. Sebelas Maret Solo)